Seorang siswa SMA di Kisaran, Pandu Brata Siregar (18), meninggal dunia sehari setelah diamankan oleh Polsek Simpang Empat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Korban diduga mengalami penganiayaan oleh oknum polisi usai menonton balap lari di Desa Sei Lama, Kecamatan Simpang Empat.
Menurut keterangan seorang saksi mata, insiden bermula saat Pandu bersama sembilan rekannya sedang dalam perjalanan setelah makan di sebuah warung kopi di Simpang Empat, Rabu (12/3/2025). Mereka kemudian singgah untuk menyaksikan balap lari yang hendak dimulai di kawasan tersebut.
"Saat kami berhenti, tiba-tiba polisi datang. Orang-orang langsung berhamburan lari, termasuk kami," ujar saksi yang merupakan siswa kelas 12 SMA.
Saksi menyebutkan bahwa dalam pengejaran itu, petugas sempat melepaskan tiga kali tembakan peringatan. Ia yang saat itu berboncengan lima orang dengan satu sepeda motor memutuskan untuk melompat demi menghindari kejaran polisi.
"Saya lompat dan langsung lari ke arah perkebunan sawit. Pandu yang dibonceng di posisi keempat juga melompat setelah sekitar 100 meter. Namun, dia tertangkap dan dibawa ke Polsek Simpang Empat," katanya.
Setelah diamankan, Pandu masih sempat berkomunikasi dengan teman-temannya melalui telepon. Ia mengaku sempat ditabrak dan ditendang sebanyak dua kali di bagian perut oleh petugas saat penangkapan berlangsung.
"Di Polsek katanya tidak ada penganiayaan lagi. Tapi waktu diamankan, dia mengaku sempat ditendang dua kali di perut," kata saksi. Saat berada di Polsek, Pandu mulai mengeluhkan sakit perut dan tampak lemas.
Dituding Terlibat Balap Liar
Keluarganya sempat mengurut tubuhnya, yang awalnya membuatnya merasa lebih baik. Namun, tak lama kemudian, rasa sakit kembali muncul. Karena kondisi yang memburuk, PB dilarikan ke Rumah Sakit Umum Abdul Manan Simatupang, Kisaran, pada Senin (10/3/2025) pagi.
Hasil pemeriksaan medis menunjukkan adanya luka lebam yang diduga akibat benda tumpul.
"Keterangan dokter saat itu menyebutkan korban mengalami luka bocor pada lambungnya akibat pukulan dari benda tumpul," ungkap saksi.
Setelah mendapatkan perawatan intensif, nyawa Pandu tak tertolong. Ia dinyatakan meninggal dunia pada pukul 17.00 WIB.
Menanggapi kasus ini, Kasi Humas Polres Asahan, IPTU Anwar Sanusi, membenarkan adanya penangkapan terhadap Pandu dan beberapa temannya.
"Awalnya, pada hari Minggu, Polsek Simpang Empat mendapatkan informasi dari masyarakat tentang sekelompok pemuda yang diduga hendak melakukan balap liar. Kapolsek kemudian memerintahkan personel untuk mengecek lokasi," jelas Anwar kepada wartawan, Senin (10/3/2025).
Saat tiba di lokasi, petugas menemukan sekitar 50 orang masih berkumpul. Sebagian membubarkan diri, namun Pandu dan tiga temannya berusaha melarikan diri.
"Personel Polsek mencoba menghentikan mereka, tetapi mereka tidak mau berhenti. Saat PB melompat dari sepeda motor, dia terjatuh dan mengalami luka di pelipis. Petugas kemudian membawanya ke Polsek dan memeriksakan kondisinya di puskesmas," lanjutnya.
Menurut Anwar, hasil pemeriksaan di puskesmas tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kekerasan fisik. Pandu hanya diberikan obat dan diperbolehkan pulang. Namun, keluarga korban menyatakan bahwa Pandu terus mengeluhkan sakit perut setelah kejadian tersebut hingga akhirnya meninggal dunia.
![]() |
Pandu Brata Siregar, siswa SMA di Asahan yang wafat setelah ditangkap polisi |
"Saat diamankan, Kanit Reskrim Polsek Simpang Empat curiga gerak-gerik yang bersangkutan, dan melakukan tes urine, dan ternyata positif," ungkap Kasi Humas Polres Asahan, IPTU Anwar Sanusi.
Mendengar pernyataan tersebut, keluarga korban mengaku sangat kecewa sebab informasi yang disampaikan polisi itu adalah fitnah besar. Sebab, menurut pihak keluarga, Pandu merupakan anak yang memiliki pola hidup sehat dan tidak pernah menyentuh hal-hal yang aneh.
Ya, namanya juga polisi. Pasti mereka akan terus berupaya untuk membela diri. Bahkan tidak jarang polisi harus membela diri dengan menyebarkan kabar menyakitkan korban. **