Edy Rahmayadi akan Lepas Saham PSMS Medan, Politisi Pendukung Bobby Dikabarkan Siap Membeli

Sebarkan:

 


Langkah Edy Rahmayadi
untuk meningkatkan kembali citra sepakbola Sumut melalui PSMS Medan sejauh ini belum juga menemui hasil. Pada musim kompetisi 2024/2025 yang baru saja selesai, tim ayam kinantan lagi-lagi gagal melaju ke Liga Utama. Mau tidak mau, pada kompetisi ke depan, PSMS harus kembali berkutat di Liga 2, bersaing dengan sejumlah tim yang kurang populer.

Sebagai pembina dan juga pemegang saham utama Tim Ayam Kinantan, Edy Rahmayadi tampaknya sudah tidak bergairah lagi menangani tim itu. Begitu juga dengan  Direktur Utama (Dirut) PSMS, Arifuddin Maulana Basri yang jelas-jelas sudah menunjukkan kejenuhannya dengan prestasi klub yang begitu-begitu saja. 

Bayangkan, selama tujuh musim kompetisi terakhir, PSMS seakan terpaku mati di Liga 2. Menantu Arifuddin Maulana  sudah menegaskan bakal melepaskan jabatannya di klub tersebut jika ada invetor yang mau mengambilalih. 

Pernyataan menantu Edy Rahmayadi itu  menunjukkan bahwa pemegang saham sepertinya bakal melego PSMS Medan kepada pemilik baru. Asal tawaran cocok,  saham pasti dilepas. 

Siapa pemilik baru yang akan menangani PSMS Medan? Ini yang menjadi pertanyaan banyak orang. 

Para pendukung PSMS hanya bisa berharap, jika pun saham klub dijual, mereka meminta agar pemilik baru benar-benar sosok yang mengerti sepakbola nasional.

“Pokoknya ia harus tahu betul kompetisi sepakbola nasional sehingga  punya strategi untuk menaikkan citra PSMS,” kata Hanif, salah seorang suporter fanatik tim ini.

Saut F Naibaho,  mantan Panglima SMeCK Hooligan -- sebutan bagi komunitas supporter PSMS Medan -- sangat yakin bahwa ada beberapa sosok putra daerah Sumut yang layak menangani PSMS Medan jika resmi dilepas oleh pemilik sahamnya. Salah satunya adalah  pengusaha Sihar Sitorus.

Sihar Sitorus sendiri pernah menangani PSMS pada 2008. Hanya dua tahun berjalan, kepemilikannya di klub itu dilepas karena kala itu Sihar sibuk mengurus kegiatan lain. Setelah itu, Sihar kemudian membeli saham FCV Dender, salah satu klub Eropa yang bertanding di Liga Belgia.

Saat ini Sihar lebih focus mengembangkan manajemen FCV Dender. Melihat keseriusan Sihar itu, Naibaho merasa pesimis kalau pengusaha itu mau mengambilalih kembali PSMS Medan.

“Kalau menurut pendapat aku, untuk Sihar kembali lagi rasanya tidak akan mungkin. Tapi cobalah kita lihat nanti,” ujarnya.

Kalaupun nanti Sihar menolak, Naibaho tetap yakin masih ada beberapa penguasaha Sumut yang berkenan menangani PSMS Medan. Ia tidak menyebutkan sosok penguasaha yang siap membeli PSMS Medan itu.  Namun kabar yang beredar, sejumlah pengusaha yang dikenal dekat dengan menantu Jokowi, Bobby Nasution, siap mengambilalih kepemilikan tim.

Sosok itu, salah satunya adalah Ade Jona Prasetyo, pengusaha dan juga anggota komisi XII DPR RI. Politisi Gerindra yang  dikenal sangat dekat dengan Bobby Nasution itu kabarnya sudah menyatakan tertarik  membeli saham PSMS Medan. Negosiasi disebut-sebut sedang berjalan saat ini.

PSMS Medan merupakan salah satu klub legendaris yang ada di Indonesia. Di masa kompetisi nasional bernama Liga Perserikatan, PSMS yang berdiri pada 1950, tercatat sebagai klub yang paling banyak menggapai gelar.  Tak heran jika di masa jayanya, semua pemain inti PSMS identik dengan pemain nasional.

Namun sejak kompetisi nasional berkembang lebih professional, prestasi PSMS mulai menurun. Hal ini dilandasi minimnya investasi yang ditanamkan investor dalam mengelola klub.

Padahal dalam sistem sepabola profesional, nilai investasi merupakan hal yang sangat vital. Hanya klub dengan investasi besar yang bisa berprestasi, karena mereka lebih mampu membeli pemain berkualitas. Sedangkan tim dengan keuangan pas-pasan, pasti akan morat marit mengikuti persaingan.

PSMS Medan merupakan contoh tim yang disebut  terakhir.  Tak heran jika prestasinya terus melorot. Kalapun ada pesepakbola asal Sumut yang berprestasi di tingkat nasional, sudah pasti ia akan enggan membela PSMS karena gajinya relatif kecil. Pemain berkualitas tentu memilih tim yang berani menggaji lebih tinggi.

Hal itu yang membuat PSMS hanya dihuni pemain-pemain kelas dua sehingga prestasinya pun hanya begitu-begitu saja.

Untuk bisa menaikan citra PSMS, tidak ada pilihan lain, tim ini membutuhkan investor yang berani bertarung dengan menggelontorkan dana besar untuk membeli pemain berkualitas dan pelatih yang mumpuni. 

Paling tidak investor itu harus siap mengeluarkan dana minimal Rp2 miliar per bulan untuk membangkitkan lagi prestasi PSMS. Jika tidak, jangan harap PSMS kembali berkokok. Ia mungkin tidak akan hilang sebab klub ini adalah symbol bagi wajah sepakbola Sumut. Namun prestasinya hanya sebatas bertahan di kasta kompetisi yang rendah.

Untuk bangkit bersaing di jajaran elit klub nasional, PSMS Medan  butuh investor yang berani bersaing secara modal dan kualitas. Sosok ini yang sedang ditunggu-tunggu masyarakat Sumatera Utara. ***

 

 

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini